NCT Dream The Movie: In A Dream

Mimpi yang bukan sekadar impian

NCT Dream The Movie ini buatku genrenya anak-anak. Memang bukan film kartun, petualangan bocah, atau apalah, tapi tentang tujuh anak (yang sekarang udah gede) berjuang meraih impian mereka. Jangan bayangin mereka akting, karena ini film dokumenter.

Secara keseluruhan, film ini cerita tentang persiapan konser The Dream Show 2: In A Dream di Jamsil Stadium. Tahu dong ya, kalau Jamsil ini stadion incaran grup-grup KPop. Bukan cuma Dreamies yang pernah konser di situ, dan setelah mereka juga banyak idol lain. Cuma, buat NCT Dream dan Sijeuni, konser ini superduper spesial.

2022, resmi 6 tahun mereka debut. Waktu itu mereka masih bocah. Perform pakai baju warna warni atau seragam ala sekolah sambil main hoverboard. Awal-awalnya banyak yang menghujat karena Dreamies masih di bawah umur semua. Sekarang? NCT Dream makin berkibar dan agensi-agensi lain saling tanding debutin grup dengan usia member semuda mungkin.

Dalam perjalanannya pun, NCT Dream nggak selalu mulus-mulus saja. Debut bertujuh, tahun berikutnya jadi berenam karena Jaemin cedera dan rehat setahun. Sempat bertujuh sebentar, tapi setelah itu Mark lulus dari Dream (dulu pakai sistem graduation, jadi TDS 1 cuma berenam). Setelah sistem dihapus dan Mark balik, mereka malah lebih sering perform berlima karena Mark dan Haechan sibuk sama NCT 127. Kali ini, mereka berhasil konser bertujuh.

Pun, aslinya mereka bukan konser di Jamsil. Udah dirancang buat tiga hari, tiket sold out, pas menjelang konser member bertumbangan kena Covid. Mau nggak mau konser dibatalin. Kemudian, pas udah pada sembuh, baru ada pengumuman lagi kalau The Dream Show 2 pindah ke Jamsil. The real pelangi setelah hujan gitu.

In A Dream?

Film anak-anak ini kalau menurutku ada tiga segmen. Mari kita sebut berdasarkan slogan FLP. Barangkali kan ibu pendiri mampir, biar agak gembira hatinya #eaaa. So, inilah Berbakti, Berkarya, Berarti versi NCT Dream the Movie: In A Dream!

Berbakti

Segmen pertama mereka ceritain tentang masing-masing member dan pendapat teman-teman segrupnya. Kelihatan banget kalau keakraban mereka yang bukan sebatas teman kerja. Apa ya? Saudara?

Mereka seimbang: ada yang suka overthinking kayak Jisung atau Renjun, tapi juga ada Chenle yang selalu tenangin pikiran mereka. Ada Jaemin dan Jeno yang mirip kembar dempet, yang Jeno merasa paling paham Jaemin tapi nyatanya masih suka heran, dan Jaemin yang dengan santainya kasih julukan Stupid Doggo buat Jeno. Ada juga Mark dan Haechan, si Kakak-Adik yang ke mana-mana bareng karena dua-duanya aktif di 127 juga.

Bagian mengharukan itu pas transisi Mark ke Haechan. Tahu-tahu Haechan berdiri di belakang Mark, dan Mark bilang dia bisa bertahan karena Haechan. Semua juga tahu Mark pernah mau berhenti jadi trainee dan balik ke Kanada karena nggak tahan sama kejahilan Haechan. Sekarang, mereka menguatkan, saling dukung. Kalau Jaemin bilang Mark pilar NCT Dream, maka Haechan pilarnya Mark.

(biz part ini jadi kepikir jangan-jangan semua transisi meaningful)

Di film ini kelihatan juga kalau mereka semua hormat sama Mark. Meskipun mereka suka becanda, gelut, melakukan hal seru bareng, tapi Mark tetap diposisikan sebagai leader, pimpinan yang didengar adik-adiknya. Pun, Mark benar-benar jadi leader yang mengayomi, menyayangi, dan bikin 6 lainnya nyaman.

Lagu di segmen ini yang berkesan buat aku itu Puzzle Piece, karena Mark itu the missing puzzle piece-nya NCT Dream, dan sekarang puzzle-nya sudah lengkap. Arransmen lagu ini juga diubah dari akustik jadi lebih berwarna.

Berkarya

Karena mereka idol group, so pasti hal dominan di film ini karya. Enam tahun mereka berkarya, hasilnya jadilah mereka yang sekarang. Sebagian lagu yang mereka tampilin di konser ditayangin juga di film. Kebayang kan asyiknya lihat perform dari dekat dengan audio ketje yang memenuhi ruangan? Susah diungkapkan dengan kata-kata.

Di segmen ini ada sesi latihan mereka di lapangan basket dan di venue. Sebagaimana karakternya NCT Dream, latihan mereka juga sambil becanda. Serius sebentar, terus gelut, main-main.

Kalau di segmen pertama cuma Dreamies yang ditanya pendapatnya, sekarang director dan pelatih mereka juga ikut buka suara. Ada Rino Nakasone, dong! Dia dari dulu koreografer di SM, dan sekarang merasa jadi neneknya Dreamies. Cerita-cerita dia panjang tentang anak-anak itu.

“Aku merasa mereka baru memulainya!” kata Rino, waktu ditanya tentang NCT Dream dan perjalanan 6 tahun mereka.

Rino bilang, mereka punya banyak ide dan banyak keinginan. Dreamies juga nggak segan ungkapin pendapat. Mereka susun sendiri lagu-lagu yang mau ditampilin, mereka kasih ide tentang imej apa yang mau muncul di tiap lagu, juga bikin konsep penampilan. Meski begitu, mereka tetap terima masukan dari pengarah dan pelatih dengan pikiran terbuka.

Ada dialog sekilas tentang Mark dan Haechan yang baru banget pulang dari konser NCT 127 berhari-hari di negara orang. Capek, pasti. Tapi mereka tetap semangat, energi mereka penuh. Hal itu juga yang bikin 5 Dreamies lainnya ikut semangat. Chenle kasih perumpamaan di Bubblenya, kalau dia harus bikin 10 laporan tiap hari, Mark dan Haechan harus bikin 20 laporan. Mau dibantu juga nggak bisa. Jadi, yang bisa dia lakukan cuma semangat latihan.

Oh ya, Dreamies juga cerita tentang mereka bikin konsep yang agak berkebalikan sama imej mereka. Konsep itu mereka taruh di lagu Quite Down. Latihannya memang susah, pakai lemari kaca begitu. Hasilnya jangan tanya, mereka berhasil bikin banyak Sijeuni yang susah mingkem dan berkedip.

(posting linknya tidak ya?)

Lagu-lagu yang mereka tampilkan untuk segmen ini sebagian besar isinya motivasi dan penyemangat, pengingat supaya nggak cepat lelah dan menyerah. Salah satunya Trigger The Fever yang jadi lagu tema Piala Dunia U-20 di Korsel tahun 2017, setahun setelah mereka debut.

Kalau yang aku suka, sudah pasti Hello Future, lagu yang notasinya “mahal”. Apalagi waktu perform ada roket kembang api setelah Haechan ambil high note. Merinding. Banget. Padahal lihatnya di bioskop. Mungkin bakalan nangis bombay kalau lihat langsung.

Berarti

Mungkin ini segmen yang lumayan mengharukan. Ada video dari Sijeuni dan post it berisi pesan dari fans yang mereka baca. Intinya tentang seberapa berpengaruhnya Dreamies buat Sijeuni.

Yang aku ingat banget pesan untuk Chenle. Fans bilang, dia banyak ketakutan, tapi kemudian dia ingat kata-kata penyemangat dari Chenle. Dia merasa lebih baik dan ketakutannya berkurang.

Post it hijau itu nggak cuma satu, tapi ribuan. Cuma beberapa yang mereka baca. Fans berharap mereka terus sehat-sehat dan bertahan dalam waktu lama.

Selain itu, ada juga pendapat Dreamies tentang NCT Dream. Dream vibes, kata Jaemin, adalah kekanak-kanakan. Tapi mereka terus tumbuh. Karena kata kuncinya NCT Dream adalah tumbuh.

Jeno berharap NCT Dream bisa ada sampai dia usia 40. Memang masih panjang, tapi bukan hal yang mustahil. Mengingat, senior mereka juga menjelang usia 40 dan grupnya masih aktif. Nggak kebayang nanti mereka nyanyi Chewing Gum sambil main hoverboard, setelah itu encok.

Segmen ini jadi penutup di NCT Dream The Movie: In A Dream. Puas? Pastinya nggak. Masih mau lihat keseruan 7 anak ini latihan, perform, saling ejek satu sama lain. SM belayk: kalau masih penasaran, jangan lupa datang ke The Dream Show 2. Agensi ini memang pintar dalam urusan beginian.

Lagu yang aku suka di segmen ini sebetulnya banyak. Kalau disuruh pilih satu, aku pilih Hot Sauce. Lagu itu bersejarah karena pertama kalinya mereka buat full album, Mark kembali jadi member NCT Dream, dan juga album mereka dapat milion seller. Di perform ini juga ada permainan kembang api di atas Jamsil yang keren banget.

Debut di agensi besar mungkin dapat privilege. Promosi oke, punya senior keren, dan segala sesuatunya lebih profesional. Itu yang NCT Dream dapat.

Namun, bukan berarti semuanya mudah. Mereka hadir dengan ekspektasi tinggi netizen, juga juliders yang siap dengan ocehan akhlaklessnya. Sekali mereka gagal, walaupun nggak gagal banget juga, ocehan buruk langsung membanjiri sosmed. Dibilang flop, dibilang produk gagal, begitulah.

Belum lagi, mereka dibayangi kesuksesan senior. TVXQ, Super Junior, SHINee, EXO, semua punya catatan sukses yang panjang, dan julukan sebagai apanya KPop. Pasti beban mereka lebih berat dibandingkan yang memulai dari agensi menengah atau baru.

Bagaimanapun, mereka sudah menang. Peserta audisi di agensi besar pasti sangat banyak, dan mereka bisa melampaui itu. Trainee juga banyak, dan mereka bertujuh berhasil debut, kemudian menapaki satu persatu prestasi.

Mereka mungkin nggak semendunia idolmu, nggak punya award sebanyak idolmu, tapi mereka terus melangkah. Bukan untuk mengalahkan idolmu, tapi untuk mengalahkan pencapaian mereka sendiri.

Congratz buat SM dan NCT Dream (of course buat Mba Dala), yang sudah berhasil bikin aku masuk bioskop lagi, dan duduk tenang selama film tanpa buka HP.

⭐: sebanyak di langit

2 thoughts on “NCT Dream The Movie: In A Dream”

    1. Kuy wilayah ngadain. Daripada nobar film yg film doang, tanpa pesan apalah2, drama2an, mending film begini. Positif dan real. Pesannya gak mengada2. Paling banter kita kudu berhadapan sama ibu pendiri

      Like

Leave a comment